Angga Anang, Pebalap Tampan Berprestasi
SUNGAILIAT, Koranbabel.com --
Nama Bangka Belitung kian harum di dunia otomotif nasional, pada tahun
2008 – 2009. Angga Anang (25), adalah salah satu dari sekian banyak anak
muda di bumi Serumpun Sebalai ini yang mampu mencatatkan namanya
sebagai pebalap grasstrack di level nasional, setelah dua tahun merebut
dan mempertahankan gelar juara nasional grasstrack kategori pemula di
Jakarta dan Kalimantan Tengah.
Darah balap Angga sudah muncul sejak tahun 2003 sewaktu dirinya masih
duduk dibangku kelas 3 SMP. Kala itu, jalanan di Desa Bencah Kabupaten
Bangka Selatan menjadi satu-satunya arena balapan Angga bersama
teman-temannya.
“awalnya kebut-kebutan di jalan, trus ada yang ngomong mending balap.
Pas itu pakai Force 1 punya sendiri. Orang tua awalnya gak dukung, takut
kalau jadi pembalap itu bahaya. Tapi sudah liat safetynya, baru mereka
percaya,” ujar sulung tiga bersaudara ini.
Angga makin serius mengasah bakat grasstracknya saat bersekolah balap
selama dua bulan di “Dedi Permadi” Jogjakarta tahun 2013. Tak
tanggung-tanggung, Agi Aghasi menjadi guru balap Angga.
“saat naik motor, hepi-hepi, tapi kalau lihat orang balap takut juga.
Memulai balap harus persiapan fisik, sebelum balapan seminggu 5 kali
latihan,” lanjutnya.
Diakui lulusan STM Pangkalpinang tahun 2006 ini, selama balapan hal yang
paling banyak dirasakannya adalah makin bertambahnya sahabat sesama
pebalap lain di Indonesia. Namun, pria lajang ini sedikit risih dengan
keberadaan fans wanitanya, yang tak kenal waktu sering menelpon dirinya.
“sering terganggu dengan fans wanita, makanya sering ganti nomor
telepon, karena ditelpon terus. Tidak bisa punya pacar, susah lagi kalau
pacar yang cemburu,” canda penyabet juara umum grasstrack Pasir Padi
2010 silam.
Pesan untuk anak muda Babel, jangan ngetrek (balapan liar-red),
mendingan balap. Masalah tidak ada motor karena biaya mahal, Solusi dari
Angga adalah keseriusan, karena saat ini di Bangka sudah banyak berdiri
tim balapan grasstrack dan sponsor. Dikatakannya, saat ini banyak
pebalap yang jago tapi tidak pernah balapan diluar, sangat
disayangkannya padahal untuk menambah jam terbang.
“hal paling berkesan, saya itu sering kecelakaan, sehari pernah patah
tulang bahu tiga kali di Kalimantan, tapi disana langsung diobat bisa
balap lagi, gak tau juga kog bisa balap lagi, padahal sudah patah. Ilmu
dari dukunnya kuat kali,” guraunya sembari mengungkapkan obsesi ingin
mendirikan sekolah balap junior di Babel untuk mencetak generasi penerus
setelah dirinya dan Novi Indrian.