Sabtu, 15 Februari 2014

Otomotif

Angga Anang, Pebalap Tampan Berprestasi

Berita Terkait



SUNGAILIAT, Koranbabel.com -- Nama Bangka Belitung kian harum di dunia otomotif nasional, pada tahun 2008 – 2009. Angga Anang (25), adalah salah satu dari sekian banyak anak muda di bumi Serumpun Sebalai ini yang mampu mencatatkan namanya sebagai pebalap grasstrack di level nasional, setelah dua tahun merebut dan mempertahankan gelar juara nasional grasstrack kategori pemula di Jakarta dan Kalimantan Tengah.
 

Darah balap Angga sudah muncul sejak tahun 2003 sewaktu dirinya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Kala itu, jalanan di Desa Bencah Kabupaten Bangka Selatan menjadi satu-satunya arena balapan Angga bersama teman-temannya.

“awalnya kebut-kebutan di jalan, trus ada yang ngomong mending balap. Pas itu pakai Force 1 punya sendiri. Orang tua awalnya gak dukung, takut kalau jadi pembalap itu bahaya. Tapi sudah liat safetynya, baru mereka percaya,” ujar sulung tiga bersaudara ini.

Angga makin serius mengasah bakat grasstracknya saat bersekolah balap selama dua bulan di “Dedi Permadi” Jogjakarta tahun 2013. Tak tanggung-tanggung, Agi Aghasi menjadi guru balap Angga.

“saat naik motor, hepi-hepi, tapi kalau lihat orang balap takut juga. Memulai balap harus persiapan fisik, sebelum balapan seminggu 5 kali latihan,” lanjutnya.

Diakui lulusan STM Pangkalpinang tahun 2006 ini, selama balapan hal yang paling banyak dirasakannya adalah makin bertambahnya sahabat sesama pebalap lain di Indonesia. Namun, pria lajang ini sedikit risih dengan keberadaan fans wanitanya, yang tak kenal waktu sering menelpon dirinya.

“sering terganggu dengan fans wanita, makanya sering ganti nomor telepon, karena ditelpon terus. Tidak bisa punya pacar, susah lagi kalau pacar yang cemburu,” canda penyabet juara umum grasstrack Pasir Padi 2010 silam.

Pesan untuk anak muda Babel, jangan ngetrek (balapan liar-red), mendingan balap. Masalah tidak ada motor karena biaya mahal, Solusi dari Angga adalah keseriusan, karena saat ini di Bangka sudah banyak berdiri tim balapan grasstrack dan sponsor. Dikatakannya, saat ini banyak pebalap yang jago tapi tidak pernah balapan diluar, sangat disayangkannya padahal untuk menambah jam terbang.

“hal paling berkesan, saya itu sering kecelakaan, sehari pernah patah tulang bahu tiga kali di Kalimantan, tapi disana langsung diobat bisa balap lagi, gak tau juga kog bisa balap lagi, padahal sudah patah. Ilmu dari dukunnya kuat kali,” guraunya sembari mengungkapkan obsesi ingin mendirikan sekolah balap junior di Babel untuk mencetak generasi penerus setelah dirinya dan Novi Indrian.
- See more at: http://www.koranbabel.com/article/detail/5396/otomotif/komunitas#sthash.528n54CZ.dpuf
Otomotif

Angga Anang, Pebalap Tampan Berprestasi

Berita Terkait



SUNGAILIAT, Koranbabel.com -- Nama Bangka Belitung kian harum di dunia otomotif nasional, pada tahun 2008 – 2009. Angga Anang (25), adalah salah satu dari sekian banyak anak muda di bumi Serumpun Sebalai ini yang mampu mencatatkan namanya sebagai pebalap grasstrack di level nasional, setelah dua tahun merebut dan mempertahankan gelar juara nasional grasstrack kategori pemula di Jakarta dan Kalimantan Tengah.
 

Darah balap Angga sudah muncul sejak tahun 2003 sewaktu dirinya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Kala itu, jalanan di Desa Bencah Kabupaten Bangka Selatan menjadi satu-satunya arena balapan Angga bersama teman-temannya.

“awalnya kebut-kebutan di jalan, trus ada yang ngomong mending balap. Pas itu pakai Force 1 punya sendiri. Orang tua awalnya gak dukung, takut kalau jadi pembalap itu bahaya. Tapi sudah liat safetynya, baru mereka percaya,” ujar sulung tiga bersaudara ini.

Angga makin serius mengasah bakat grasstracknya saat bersekolah balap selama dua bulan di “Dedi Permadi” Jogjakarta tahun 2013. Tak tanggung-tanggung, Agi Aghasi menjadi guru balap Angga.

“saat naik motor, hepi-hepi, tapi kalau lihat orang balap takut juga. Memulai balap harus persiapan fisik, sebelum balapan seminggu 5 kali latihan,” lanjutnya.

Diakui lulusan STM Pangkalpinang tahun 2006 ini, selama balapan hal yang paling banyak dirasakannya adalah makin bertambahnya sahabat sesama pebalap lain di Indonesia. Namun, pria lajang ini sedikit risih dengan keberadaan fans wanitanya, yang tak kenal waktu sering menelpon dirinya.

“sering terganggu dengan fans wanita, makanya sering ganti nomor telepon, karena ditelpon terus. Tidak bisa punya pacar, susah lagi kalau pacar yang cemburu,” canda penyabet juara umum grasstrack Pasir Padi 2010 silam.

Pesan untuk anak muda Babel, jangan ngetrek (balapan liar-red), mendingan balap. Masalah tidak ada motor karena biaya mahal, Solusi dari Angga adalah keseriusan, karena saat ini di Bangka sudah banyak berdiri tim balapan grasstrack dan sponsor. Dikatakannya, saat ini banyak pebalap yang jago tapi tidak pernah balapan diluar, sangat disayangkannya padahal untuk menambah jam terbang.

“hal paling berkesan, saya itu sering kecelakaan, sehari pernah patah tulang bahu tiga kali di Kalimantan, tapi disana langsung diobat bisa balap lagi, gak tau juga kog bisa balap lagi, padahal sudah patah. Ilmu dari dukunnya kuat kali,” guraunya sembari mengungkapkan obsesi ingin mendirikan sekolah balap junior di Babel untuk mencetak generasi penerus setelah dirinya dan Novi Indrian.
- See more at: http://www.koranbabel.com/article/detail/5396/otomotif/komunitas#sthash.528n54CZ.dpuf
Otomotif

Angga Anang, Pebalap Tampan Berprestasi

Berita Terkait



SUNGAILIAT, Koranbabel.com -- Nama Bangka Belitung kian harum di dunia otomotif nasional, pada tahun 2008 – 2009. Angga Anang (25), adalah salah satu dari sekian banyak anak muda di bumi Serumpun Sebalai ini yang mampu mencatatkan namanya sebagai pebalap grasstrack di level nasional, setelah dua tahun merebut dan mempertahankan gelar juara nasional grasstrack kategori pemula di Jakarta dan Kalimantan Tengah.
 

Darah balap Angga sudah muncul sejak tahun 2003 sewaktu dirinya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Kala itu, jalanan di Desa Bencah Kabupaten Bangka Selatan menjadi satu-satunya arena balapan Angga bersama teman-temannya.

“awalnya kebut-kebutan di jalan, trus ada yang ngomong mending balap. Pas itu pakai Force 1 punya sendiri. Orang tua awalnya gak dukung, takut kalau jadi pembalap itu bahaya. Tapi sudah liat safetynya, baru mereka percaya,” ujar sulung tiga bersaudara ini.

Angga makin serius mengasah bakat grasstracknya saat bersekolah balap selama dua bulan di “Dedi Permadi” Jogjakarta tahun 2013. Tak tanggung-tanggung, Agi Aghasi menjadi guru balap Angga.

“saat naik motor, hepi-hepi, tapi kalau lihat orang balap takut juga. Memulai balap harus persiapan fisik, sebelum balapan seminggu 5 kali latihan,” lanjutnya.

Diakui lulusan STM Pangkalpinang tahun 2006 ini, selama balapan hal yang paling banyak dirasakannya adalah makin bertambahnya sahabat sesama pebalap lain di Indonesia. Namun, pria lajang ini sedikit risih dengan keberadaan fans wanitanya, yang tak kenal waktu sering menelpon dirinya.

“sering terganggu dengan fans wanita, makanya sering ganti nomor telepon, karena ditelpon terus. Tidak bisa punya pacar, susah lagi kalau pacar yang cemburu,” canda penyabet juara umum grasstrack Pasir Padi 2010 silam.

Pesan untuk anak muda Babel, jangan ngetrek (balapan liar-red), mendingan balap. Masalah tidak ada motor karena biaya mahal, Solusi dari Angga adalah keseriusan, karena saat ini di Bangka sudah banyak berdiri tim balapan grasstrack dan sponsor. Dikatakannya, saat ini banyak pebalap yang jago tapi tidak pernah balapan diluar, sangat disayangkannya padahal untuk menambah jam terbang.

“hal paling berkesan, saya itu sering kecelakaan, sehari pernah patah tulang bahu tiga kali di Kalimantan, tapi disana langsung diobat bisa balap lagi, gak tau juga kog bisa balap lagi, padahal sudah patah. Ilmu dari dukunnya kuat kali,” guraunya sembari mengungkapkan obsesi ingin mendirikan sekolah balap junior di Babel untuk mencetak generasi penerus setelah dirinya dan Novi Indrian.
- See more at: http://www.koranbabel.com/article/detail/5396/otomotif/komunitas#sthash.528n54CZ.dpuf
Otomotif

Angga Anang, Pebalap Tampan Berprestasi

Berita Terkait



SUNGAILIAT, Koranbabel.com -- Nama Bangka Belitung kian harum di dunia otomotif nasional, pada tahun 2008 – 2009. Angga Anang (25), adalah salah satu dari sekian banyak anak muda di bumi Serumpun Sebalai ini yang mampu mencatatkan namanya sebagai pebalap grasstrack di level nasional, setelah dua tahun merebut dan mempertahankan gelar juara nasional grasstrack kategori pemula di Jakarta dan Kalimantan Tengah.
 

Darah balap Angga sudah muncul sejak tahun 2003 sewaktu dirinya masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Kala itu, jalanan di Desa Bencah Kabupaten Bangka Selatan menjadi satu-satunya arena balapan Angga bersama teman-temannya.

“awalnya kebut-kebutan di jalan, trus ada yang ngomong mending balap. Pas itu pakai Force 1 punya sendiri. Orang tua awalnya gak dukung, takut kalau jadi pembalap itu bahaya. Tapi sudah liat safetynya, baru mereka percaya,” ujar sulung tiga bersaudara ini.

Angga makin serius mengasah bakat grasstracknya saat bersekolah balap selama dua bulan di “Dedi Permadi” Jogjakarta tahun 2013. Tak tanggung-tanggung, Agi Aghasi menjadi guru balap Angga.

“saat naik motor, hepi-hepi, tapi kalau lihat orang balap takut juga. Memulai balap harus persiapan fisik, sebelum balapan seminggu 5 kali latihan,” lanjutnya.

Diakui lulusan STM Pangkalpinang tahun 2006 ini, selama balapan hal yang paling banyak dirasakannya adalah makin bertambahnya sahabat sesama pebalap lain di Indonesia. Namun, pria lajang ini sedikit risih dengan keberadaan fans wanitanya, yang tak kenal waktu sering menelpon dirinya.

“sering terganggu dengan fans wanita, makanya sering ganti nomor telepon, karena ditelpon terus. Tidak bisa punya pacar, susah lagi kalau pacar yang cemburu,” canda penyabet juara umum grasstrack Pasir Padi 2010 silam.

Pesan untuk anak muda Babel, jangan ngetrek (balapan liar-red), mendingan balap. Masalah tidak ada motor karena biaya mahal, Solusi dari Angga adalah keseriusan, karena saat ini di Bangka sudah banyak berdiri tim balapan grasstrack dan sponsor. Dikatakannya, saat ini banyak pebalap yang jago tapi tidak pernah balapan diluar, sangat disayangkannya padahal untuk menambah jam terbang.

“hal paling berkesan, saya itu sering kecelakaan, sehari pernah patah tulang bahu tiga kali di Kalimantan, tapi disana langsung diobat bisa balap lagi, gak tau juga kog bisa balap lagi, padahal sudah patah. Ilmu dari dukunnya kuat kali,” guraunya sembari mengungkapkan obsesi ingin mendirikan sekolah balap junior di Babel untuk mencetak generasi penerus setelah dirinya dan Novi Indrian.
- See more at: http://www.koranbabel.com/article/detail/5396/otomotif/komunitas#sthash.528n54CZ.dpuf